Kamis, 07 April 2011

Hakekat Pendidikan Menurut Pemikiran Muhammad Iqbal

A.      Pendahuluan
Muhammad Iqbal
Pembahasan berikut bermaksud menelusuri dan mengkap pemikiran pembaharuan pemikiran menurut M. Iqbal ( 1877-1938m) semenjak ia meraih gelar doktor dalam bidang filsafat pada tahun 1907 sampai wafatnya tahun 1938. Pemikiran pembaharuan M. Iqbal dalam bidang pendidikan juga perlu dikaji, mengingat ia adalah seorang pembaharu muslim yang pembaruannya lebih ditekankan pada bidang filsafat, sehingga iqbal lebih dikenal dengan seorang filosof dari pada teolog atau penyair. Karena bidang filsafat yang mendapat penekanan serius, maka pembaharuan pemikiran yang dilakukanya hampir pasti menyentuh semua bidang studi keislaman.
Pembaharuan pemikiran iqbal memang sangatlah konfrehensif, dengan menyentuh semua sendi-sendi kehidupan kaum muslim. Oleh karena itu sangatlah wajar apabila ia mempunyai pengaruh yang sangat signifikan bagi pembaharuan dunia islam kontemporer. Bahkan menurut Nourouzzaman shiddiqi, pemikiran fazlur rohman sendiri mendapat pengaruh dari pemikiran filsafat islam yang berkosentrasi pada rekonstruksi pemikiran. M. Iqbal menurut Mukti Ali, merupakan pemikir yang kuat dan lebih menghadap kedepan dari pada kebelakang.
B.       Biografi Muhammad Iqbal.
Iqbal dilahirkan di Sialkot-India (suatu kota tua bersejarah di perbatasan Punjab Barat dan Kashmir) pada tanggal 9 November 1877/ 2 Dzulqa'dah 1294 , dan wafat pada tanggal 21 April 1938. Meski terlahir dari keluarga miskin, berkat kecerdasannya dalam memahami ilmu, bantuan beasiswa ia peroleh dari tingkat sekolah menengah hingga perguruan tinggi. Iqbal pun mendapatkan pendidikan yang baik. Setelah pendidikan dasarnya selesai di Sialkot, ia masuk Government College (Sekolah Tinggi Pemerintah) Lahore. Ayah M. Iqbal bernama Nur Muhammad, seorang pedagang muslim yang taat beribadah dan sufi, Karena kesalehan dan kecerdasannya, penjahit yang cukup berhasil ini dikenal memiliki perasaan mistis yang dalam serta rasa keingintahuan ilmiah yang tinggi. Tak heran, jika Nur Muhammad dijuluki kawan-kawannya dengan sebutan "Sang Filosof tanpa guru.
Ibunda Iqbal, Imam Bibi, juga dikenal sangat relegius. Ia membekali kelima anaknya, tiga putri dan dua putra, dengan pendidikan dasar dan disiplin keislaman yang kuat. Di bawah bimbingan kedua orangtuanya yang taat inilah Iqbal tumbuh dan dibesarkan. Kelak di kemudian hari, Iqbal sering berkata bahwa pandangan dunianya tidaklah dibangun melalui spekulasi filosofis, tetapi diwarisi dari kedua orangtuanya tersebut.

C.       Pendidikan menurut Muhammad iqbal
Selama berabad-abad, kaum muslim terpukau oleh pemahaman keagamaan yang sempit, seakan-akan mengkaji alam semesta dan sejarah bukan merupakan perbuatan agama. Dengan keterpukauan ini, tidak mengherankan apabila kaum teolog abad klasik terlalu sibuk mengurus Tuhannya, sehingga manusia dibiarkan terlantar dibumi. Dibawah bayang-bayang filsafat Hellenisme-yunani, teologi islam telah berkembang jauh. Akan tetapi pada waktu yang sama , teologi ini telah mengaburkan wawasan kaum muslim tentang Al-quran. Oleh karena itu iqbal memandang bahwa kini sudah saatnya kaum muslim melakukan rekonstruksi pemikiran dalam berbagai bidang termasuk bidang pendidikan islam.
Sebuah buku, apabila sebuah kurikulum  pendidikan bagi kaum muslim. Namun secara kontekstual , seluruh pemikirannya mengisyaratkan perlunya rekonstruksi dalam bidang pendidikan islam. Melalui sajak-sajaknya iqbal Sebenarnya M. Iqbal secara tekstual belum pernah menulis teori atau filsafat pendidikan dalam melakukan kritik terhadap sistem pendidikan yang berlaku pada saat itu.
Setelah M. Iqbal mengemukakan kritiknya terhadap dua sistem pendidikan yang ada pada waktu itu, bagaimanakah pemikiran iqbal sendiri tentang pendidikan? Ada 8 pandangan iqbal tentang pendidikan dalam rangka melaksanakan gagasan rekonstrusi pemikirannya.
Kedelapan pandangan ini adalah:
1)      Konsep individu
Dengan konsep ini iqbal menekankan bahwa hanya manusia yang dapat melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan menurut iqbal harus dapat memupuk  sifat –sifat individualitas manusia agar menjadi manusia yang  sempurna. Yang dimaksud manusia aempurna disini adalah manusia yang dapat menciptakan sifat-sifat ketuhanan menjelma dalam dirinya, sehingga ia bisa berprilaku seperti Tuhan.
2)      Pertumbuhan individu
M.iqbal berpendapat bahwa manusia sebagai mahkluk individu akan mengalami berbagainperubahan secar dinamis dalam rangka interaksinya dengan lingkungan. Oleh karena itu, pendidikan harus dapat mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan individu tersebut kearah yang optimal.
3)      Keseimbangan jasmani dan rohani
Dalam pandanga iqbal perkembangan individu memiliki implikasi bahwa ia harus dapat mengembangkan kekayaan bathin dan eksistensinya. Pengembangan kekayaan batin ini tidak dapat dilaksanakan dengan melepaskannya dari kaitan materi. Oleh karena itu, antara jasmani sebagai realitas dengan rohani sebagai ide harus dipadukan dalam proses pengembangan individu.
4)      Pertautan individu dengan masyarakat.
Pemahaman diatas memberikan pengertian mendalam tentang hakekat pertautan antara kehidupan individu  dengan kebudayaan masyarakat. Masyarakat adalah tempat individu menyatakan keberadaannya. Oleh karena itu, tanpa masyarakat kehidupan individu akan melemah dan tujuan hidupnya menjadi terarah.
5)      Kreatifitas individu
M. iqbal menolak kausalitas tertutup, yang menyebabkan seolah-olah tak ada satupun yang baru yang dapat ataupun mungkin terjadi lagi. Sesungguhnya manusia memiliki kreativitas yang perlu dikembangkan secara evolutif.
6)      Pesan intelek dan intuisi
Ada dua cara untuk dapat menangkap realitas. Masing-masing cara mempunyai cara khusus dalam mengarahkan dan memperkaya kreatifitas manusia.
7)      Pendidikan watak
Apabila manusia melengkapi diri dengan sifat individualitas yang dapat berkembang secara optimal, yang kemudian dilandasi dengan keimanan yang tangguh, maka ia dapat menjelma menjadi kekuatan yang tak terkalahkan.
8)      Pendidikan sosial
M. iqbal menandaskan bahwa kehidupan sosial selayaknya diatas dasar dan prisip tauhid. Tauhid seyogyanya dapat hidup dalam kehidupan intelektual  dan emosional manusia.
D.      Rekonstrusi pendidikan islam
Dengan delapan pandangan pendidikan diatas, dapat dikatakan bahwa rekonstrusi pendidikan M. Iqbal merupakan suatu upaya kreatif dalam rangka memahami proses pendidikan secara filosofis. Gagasan rekonstruksi pendidikan ini sebenarnya dilontarkan iqbal sebagai reaksi atas ketidak puasannya terhadap totalitas peradaban india khususnya, dan pandangan manusia pada umumnya. M iqbal memandang perlu dilakukan rekonstrusi pendidikan, karena telah terjadi berbagai penyimpangan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang dilakukan oleh sistem pendidikan yang ada.
E.       Penutup
Islam dihadapkan kepada masalah signifikan, yaitu sanggupkah Islam memberi jawaban yang cermat dan akurat dalam mengantisipasi gerak dan perubahan ini?.
Iqbal tidaklah menetapkan suatu pandangan praktis dalam filsafatnya, namun ia berusaha mengugah cara pandang kaum muslimin yang selama ini terjebak dalam cara pandang yang statis dalam memandang dunia. Namun karena kehidupan manusia yang cendrung dinamis malah menjadikan umat Islam menjadi pembebek terhadap Bangsa Barat, dengan menanggalkan baju keislaman mereka. Dari sinilah Iqbal merekonstruksi paradigma kaum muslimin agar mampu hidup dalam dinamika kehidupan yang normal namun tetap dalam koridor sebagai seorang muslim yang mengabdi kepada Tuhannya.
F.        Kesimpulan Hasil Diskusi
Ø  M iqbal mengadakan rekonstruksi antara dua peradaban pendidikan, yaitu antara pendidikan barat dan pendidikan timur. Dia berpendapat bahwa jika pendidikan barat saja maka hanya akan membentuk manusia  yang cenderung kepada materealisme saja. Kecenderungan ini pada gilirannya akan merusak nilai-nilai spiritual manusia yang lebih tinggi. Dalam pandangan iqbal pendidikan barat hanya akan membentuk manusia yang mempunyai intelektual tinggi tapi tidak menaruh perhatian yang besar terhadap hati nurani anak didik. Sistem pendidikan seperti ini pada akhirnya akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan manusia menjadi tidak seimbang antara aspek lahiriah dan aspek batiniah.
Ø  Sedangkan pendidikan islam tradisional (timur)  M. Iqbal melontarkan kritikannya yaitu pendidikan islam tradisional ini hanya dapat memenjarakan otak dan jiwa manusia dalam kurungan yang ketat. Pendidikan tradisional tidak mampu mencetak manusia intelek yang dapat menyelesaikan berbagai persoalan keduniaan.
Ø  Semua kritik tajam ini dilakukan karena ia berpendapat  bahwa pendidikan merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari peradaban manusia, bahkan pendidikan merupakan substansi dari peradaban manusia.
Ø  Pendidikan menurut M. Iqbal sesungguhnya bertujuan untuk membentuk manusia sejati. Dalam hal ini M. Iqbal memandang sistem pendidikan ada pada waktu itu telah gagal mencapai tujuannya. Pendidikan ideal menurutnya ialah pendidikan yang mampu memadukan dualisme antara aspek keduniaan dan keakhiratan secara sama dan seimbang.
Ø  Dua sistem pendidikan yang ada pada waktu itu yaitu sistem pendidikan tradisional  (islam) dan sistem pendidikan barat (kristen) dalam perspektif Iqbal belum dapat mewujudkan tujuan dari apa itu pendidikan yang ideal.
Ø  Jadi konsep pendidikan menurut iqbal ini sudah terlaksana bahkan sampai dengan sekarang. Contohnya adanya sistem integrasi dan interkoneksi di kampus kita yang tercinta ini UIN Sunan Kalijaga. 
Ø  Gagasan rekonstruksi pendidikan ini dimunculkan iqbal tidak terlepas dari faktor sosio historis yang mengitarinya. Wilayah kekuasaan kaum muslim pada waktu itu, khususnya di india telah di pecah belah oleh penjajah yang menyebabkan timbulnya konflik sosio politik diantara meraka.
Ø  Tanggapannya terhadap pemikiran Barat mengajarkan umat Islam untuk tidak berapologi atau mencaci maki setiap bersentuhan dengan khazanah Barat. Sikap yang baik adalah memanfaatkan apa-apa yang baik dari khazanah Barat untuk merekonstruksi Islam dan kemajuannya. Terbukti Iqbal banyak terpengaruh para filosof Barat seperti Nitzsche atau Henry Bergson. Walaupun Iqbal sebagian menolak konsep mereka tentang moralitas, juga tentang kehendak sebagai sesuatu yang buta, khaotis, tanpa tujuan.
Ø  Dengan kreativitasnya manusia mampu melepaskan diri dari keterbatasan serta menembus dan menaklukan waktu. Adapun kreatifitas itu sendiri hanya dapat ditumbuhkan kembangkan melalui proses pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA

Sucipto, Hari. Ensiklopedi Tokoh Islam-Dari Abu Bakar Hingga Nasr dan Qardhawi. Bandung: Mizan Media Utama, 2003

Suharto, Toto. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar